Kamis, 14 Januari 2010

Pembelajaran Masalah Hati

Ghibah (menggunjing) adalah membicarakan orang
lain tentang kekurangan-kekurangan yang ada pada
badan, nasab, tabiat, ucapan, maupun agama hingga
pada pakaian, rumah, atau harta miliknya yang lain,
yang apabila orang tersebut mendengarnya maka ia
tidak senang (tidak ridho).
Dalam sekelompok orang yang sedang dalam
perbincangan, kita sering menemui pembicaraan
yang mengarah kepada kejelekan seseorang, entah
yang memulai pembicaraan itu kita atau orang lain.
Yang jelas apabila kita ikut larut dalam
memperbincangkan kejelekan orang maka kita
telah berbuat ghibah yang dalam Al-Qur’an dan
hadits telah diterangkan perbuatan itu adalah
terlarang (haram). Maka bagaimana sebaiknya kita
menyikapi kasus yang demikian? Insya Allah
berikut ini adalah poin-poin yang dapat
menjauhkan kita dari ghibah:
1. Pertama mengidentifikasi apakah apa yang
dibicarakan itu termasuk ghibah atau bukan.
Caranya mudah, yaitu bayangkan seandainya orang
yang kita bicarakan itu mendengar apa yang kita
bicarakan, jika dia merasa tidak senang maka itu
adalah perbuatan ghibah.
2. Setelah mengetahui haramnya ghibah maka
berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhinya
yaitu dengan menyeleksi apa yang akan kita
katakan. Apabila kita ketahui apa yang akan kita
katakan itu tergolong ghibah, maka harus ditahan
untuk mengatakannya. Atau apabila kita kemudian
menyadari apa yang terlanjur kita katakan itu adalah
ghibah karena khilaf tidak sengaja, maka sesegera
mungkin bertobat (beristighfar) dan bertekad lagi
untuk lebih hati-hati dalam berbicara.
3. Menelaah, merenungkan, dan meyakinkan diri
sendiri bahwa dengan membicarakan kejelekan
orang lain sebetulnya itu sama sekali tidak akan
menambah derajat kita. Justru orang yang sering
berbuat ghibah akan mudah untuk tidak dipercaya
orang lain, dan hatinya pun tidak akan tenteram.
4. Menyadari bahwa seseorang yang kita bicarakan
kejelekannya itu sebenarnya adalah saudara kita
sendiri, bukan musuh yang harus dihujat atau pun
dicela. Sekiranya seseorang tersebut melakukan
perbuatan tercela atau yang kurang berakhlak maka
sesungguhnya dia belum mengetahui tentang ilmu,
maka kita seyogyanya ikut menunjukinya kepada
jalan yang lurus bukannya malah menggunjingnya.
5. Jika kita diajak membicarakan kejelekan orang
lain oleh seseorang maka kita harus menyadari
bahwa ada dua kemungkinan tentang orang yang
menggunjing, pertama karena dia belum tahu
haramnya ghibah menurut Islam atau kemungkinan
kedua yaitu dia sedang khilaf tanpa sengaja telah
menggunjing. Maka berusahalah untuk
menghentikannya secara ma’ruf tanpa
menyinggung perasaannya. Pertama ingatkanlah
secara lisan bahwa kita dilarang berbuat ghibah.
Jika belum berhenti, maka kita bisa menanggapi
seperlunya kemudian berusaha mengalihkan
kepada pembicaraan yang lebih baik. Jika
sekiranya kedua upaya itu belum menghentikannya
berbuat ghibah maka diam adalah lebih baik,
kemudian berdoa supaya kita dan orang tersebut
sama-sama dijauhkan dari perbuatan ghibah.

Dalam keseharian, kita kerap menemukan orang yang iri
hati. Mereka iri karena melihat kelebihan dalam diri orang
lain. Akhirnya, karena tidak senang melihat itu mereka pun
membuat planning yang sistematis untuk merusak citra
orang tersebut, bahkan kalau perlu mereka akan
menghabisi nyawanya. Sudah banyak kita saksikan di
masyarakat, betapa seorang pejuang kebenaran yang
sedang “naik daun” dibenci oleh lawannya, akhirnya sang
lawan pun berupaya keras untuk mengenyahkannya. Ada
yang dienyahkan lewat fitnah telah melakukan hal-hal yang
amoral, ada yang dienyahkan dengan rekayasa, dituduh
korupsi bahkan konspirasi untuk membunuh kepala
negara, bahkan ada yang dienyahkan dengan racun atau
peluru tajam yang menghilangkan nyawanya.
Ini adalah fenomena yang sudah berlangsung lama.
Konspirasi, tipu daya, fitnah, selalu datang dan pergi.
Perebutan kekuasaan antara Al-Haq dan Al-Bathil
gaungnya senantiasa ada di setiap masa. Akan tetapi
kesabaran dan jiwa besar serta selalu menyerahkan diri
kepada Allah akan membuat kita keluar sebagai Pemenang


QS An-Nisaa: 32, ''Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian
lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa
yang mereka usahakan dan bagi wanita pun ada
bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-
Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.''

Dalam QS Al-Hujurat ayat 12
disebutkan: Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka karena sesungguhnya
sebagian dari prasangka itu adalah
dosa. Dan janganlah kamu mencaricari
kesalahan orang lain dan
janganlah pula sebagian kamu
menggunjing sebagian yang lain.

Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki),
sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala
sebagaimana api memakan kayu.
(HR. Abu Dawud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar